Arsitektur
tropis adalah jenis arsitektur yang memberikan jawaban/ adaptasi bentuk
bangunan terhadap pengaruh iklim tropis, dimana iklim tropis memiliki karakter
tertentu yang disebabkan oleh panas matahari, kelembapan yang cukup
tinggi, curah hujan, pergerakan angin, dan sebagainya. Pengaruhnya otomatis
terhadap suhu, kelembapan, kesehatan udara yang harus di antisipasi oleh
arsitektur yang tanggap terhadap hal-hal tersebut. Selain itu pandangan baru
mencakup pada penggunaan material yang memberikan ciri karakter material lokal
(daerah tropis) yang lebih sesuai daripada material impor.
IKLIM TROPIS
Climate (iklim) berasal dari bahasa Yunani, klima yang
berdasarkan kamus Oxford berarti region (daerah) dengan
kondisi tertentu dari suhu dryness (kekeringan), angin, cahaya
dan sebagainya. Dalam pengertian ilmiah, iklim adalah integrasi pada suatu
waktu (integration in time) dari kondisi fisik lingkungan atmosfir,
yang menjadi karakteristik kondisi geografis kawasan tertentu”. Sedangkan cuaca
adalah “kondisi sementara lingkungan atmosfer pada suatu kawasan tertentu”.
Secara keseluruhan, iklim diartikan sebagai “integrasi dalam suatu waktu
mengenai keadaan cuaca” (Koenigsberger, 1975:3).
Kata tropis berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu kata tropikos yang
berarti garis balik, kini pengertian ini berlaku untuk daerah antara kedua
garis balik ini. Garis balik ini adalah garis lintan 23027” utara dan garis
lintan 23027 selatan.
Iklim tropis adalah iklim dimana panas merupakan masalah yang dominan yang
pada hampir keseluruhan waktu dalam satu tahun bangunan “bertugas” mendinginkan
pemakai, dari pada menghangatkan dan suhu rata-rata pertahun tidak kurang dari
200C (Koenigsberger. 1975:3). Menurut Lippsmiere, iklim tropis Indonesia
mempunyai kelembaban relatif (RH) yang sangat tinggi (kadang-kadang mencapai
90%), curah hujan yang cukup banyak, dan rata-rata suhu tahunan umumnya
berkisar 230C dan dapat naik sampai 380C pada musim “panas”.
Pada iklim ini terjadi sedikit sekali perubahan “musim” dalam satu tahun,
satu-satunya tanda terjadi pergantian musim adalah banyak atau sedikitnya
hujan, dan terjadinya angin besar. Karakteristik warm humid
climate (iklim panas lembab) adalah sebagai berikut (Lippsmiere.
1980:28) :
·
Landscap, rain forest (hutan hujan)
terdapat sepanjang pesisir pantai dan dataran rendah daerah ekuator.
·
Kondisi tanah, merupakan tanah merah atau coklat yang
tertutup rumput.
·
Tumbuhan, zona ini tumbuhan sangat bervariasi dan lebat
sepanjang tahun.Tumbuhan tumbuh dengan cepat karena pengaruh curah hujan yang
tinggi dan suhu udara yang panas.
·
Musim. Terjadi sedikit perbedaan musim. Pada bulan
“panas” kondisi panas dan lembab sampai basah. Pada belahan utara, bulan
“dingin” terjadi pada Desember-Januari, bulan”panas” terjadi pada Mei sampai
Agustus. Pada belahan selatan bulan “dingin” terjadi pada April sampai Juli,
bulan “panas” terjadi pada Oktober sampai Februari.
·
Kondisi langit, hampir sepanjang tahun keadaan langit
berawan. Lingkungan awan berkisar 60%-90%. Luminance (lumansi)
maksimal bisa mencapai 7000 cd/m2 sedangkan luminasi minimal 850cd/m2.
·
Radiasi dan panas matahari, pada daerah tropis radiasi
matahari dikategorikan tinggi. Sebagian dipantulkan dan sebagian disebarkan
oleh selimut awan,meskipun demikian sebagian radiasi yang mencapai permukaan
bumi mempunyai dampak yang besar dalam mempengaruhi suhu udara.
·
Temperatur udara, terjad fluktuasi perbedaan temperatur
harian dan tahunan.Rata-rata temperatur maksimum tahunan adalah 30,50C.
temperatur rata-rata tahunan untuk malam hari adalah 250C tetapi umumnya
berkisar antara 21-270C. sedangkan selama siang hari berkisar 27-320c.
kadang-kadang lebih dari 320C.
·
Curah hujan sangat tinggi selama satu tahun, umumnya
menjadi sangat tinggi dalam beberapa tahun tertentu. Tinggi curah hujan tahunan
berkisar antara 2000-5000 mm, pada musim hujan dapat bertambah. Sampai 500 mm
dalam sebulan. Bahkan pada saat badai bisa mencapai 100 mm per jam.
· Kelembaban, dikenal
sebagai RH (Relative humidity), umumnya rata-rata tingkat
kelembaban adalah sekitar 75%, tetapi kisaran kelembabannya adalah 55% sampai
hampir 100%. Absolute humidity antara 25-30 mb.
Pergerakan udara, umumnya kecepatan angin rendah, tetapi angin kencang
dapat terjadi selama musim hujan. Arah angin biasanya hanya satu atau dua.
Karakteristik khusus, tingginya kelembaban mempercepat pertumbuhan alga dan
lumut, bahan bangunan organik membusuk dengan cepat dan banyaknya serangga.
Evaporasi tubuh terjadi dalam jumlah kecil karena tingginya kelembaban dan
kurangnya pergerakan udara (angin). Rata-rata badai adalah 120-140 kali dalam
satu tahun.
Daerah dengan iklim tropis
didunia terdiri 2 jenis, yaitu daerah dengan iklim tropis kering, sebagai
contoh adalah di negara-negara Timur Tengah, Meksiko, dan sekitarnya, serta
daerah dengan iklim tropis lembab, yang terdapat pada sebagian besar
negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, walaupun untuk beberapa daerah di
Indonesia, misalnya beberapa bagian pulau Nusa Tenggara mengarah pada kondisi
tropis kering.
ARSITEKTUR TROPIS KERING
1.
Ciri-ciri iklim tropis
kering:
·
Kelembaban
rendah
·
Curah hujan
rendah
·
Radiasi
panas langsung tinggi
·
Suhu udara
pada siang hari tinggi dan pada malam hari rendah (45o dan -10oCelcius)
·
Jumlah
radiasi maksimal, karena tidak ada awan.
·
Pada malam
hari berbalik dingin karena radiasi balik bumi cepat berlangsung (cepat dingin
bila dibandingkan tanah basah/lembab).
·
Menjelang
pagi udara dan tanah benar-benar dingin karena radiasi balik sudah habis. Pada
siang hari radiasi panas tinggi dan akumulasi radiasi tertinggi pukul 15.00.
Sering terjadi badai angin pasir karena dataran yang luas.
·
Pada waktu
sore hari sering terdengar suara ledakan batu-batuan karena perubahan suhu yang
tiba-tiba drastis.
Di daerah benua atau
daratan yang cukup luas, banyak terdapat gurun pasir karena di tempat itu
jarang terjadi hujan, bahkan dapat dikatakan tidak terjadi sama sekali, karena
angin yang melaluinya sangat kering, tidak mengandung uap air. Uap air yang
terkandung di udara sudah habis dalam perjalanan menuju ke pedalaman benua itu,
atau juga karena terhalang oleh daratan tinggi atau gunung, sehingga daerah itu
menjadi sangat panas dan tidak ada filter pada tanah dari sengatan sinar
matahari, yang mengakibatkan bebatuan hancur menjadi pasir. Suhu di padang
pasir dapat mencapai 50o C hingga 60o C di
siang hari, dan di malam hari dapat mencapai -1o C.
2.
Strategi untuk perancangan
bangunan
Mempergunakan
bahan-bahan dengan time lag tinggi agar panas yang diterima siang hari dapat
menghangatkan ruangan di malam hari. Konduktivitas rendah agar panas siang hari
tidak langsung masuk ke dalam bangunan. Berat jenis bahan tinggi, dimensi tebal
agar kapasitas menyimpan panas tinggi.
·
Bukaan-bukaan
dinding kecil untuk mencegah radiasi sinar langsung dan angin atau debu kering
masuk sehingga mempertahankan kelembaban.
·
Memperkecil
bidang tangkapan sinar matahari dengan atap-atap datar dan rumah-rumah kecil
berdekatan satu sama lain saling membayangi, jalan-jalan sempit selalu
terbayang. Atap datar juga untuk menghindari angin kencang, karena curah hujan
rendah.
·
Menambah
kelembaban ruang dalam dengan air mancur yang dibawa angin sejuk.
·
Pola pemukiman
rapat dan jalan yang berbelok untuk memotong arus angin
·
Bangunan
efisien bila rendah, masif dan padat.
ARSITEKTUR
TROPIS LEMBAB
1.
Ciri Iklim Tropis
Lembab:
DR.
Ir. RM. Sugiyanto, mengatakan bahwa ciri-ciri dari iklim tropis lembab
sebagaimana yang ada di Indonesia adalah “kelembaban udara yang tinggi dan
temperatur udara yang relatif panas sepanjang tahun”. Kelembaban udara
rata-rata adalah sekitar 80% akan mencapai maksimum sekitar pukul 06.00 dengan
minimum sekitar pukul 14.00. Kelembaban ini hampir sama untuk dataran rendah
maupun dataran tinggi.Daerah pantai dan dataran rendah temperatur maksimum
rata-rata 320C.makin tinggi letak suatu tempat dari muka laut, maka semakin
berkurang temperatur udaranya. Yaitu berkurang rata-rata 0,60C untuk setiap
kenaikan 100 m. ciri lainnya adalah curah hujan yang tinggi dengan rata-rata
sekitar 1500- 2500 mm setahun. Radiasi matahari global horisontak rata-rata
harian adalah sekitar 400 watt/m2 dan tidak banyak berbeda sepanjang tahun,
keadaan langit pada umumnya selalu berawan. Pada keadaan awan tipis menutupi
langit, luminasi langit dapat mencapai 15.00 kandela/m2.Tinggi penerangan
rata-rata yang dihasilkan menurut pengukuran yang pernah dilakukan di Bandung
untuk tingkat penerangan global horizontal dapat mencapai 60.000 lux. Sedangkan
tingkat penerangan dari cahaya langit saja, tanpa cahaya matahari langsung
dapat mencapai 20.000 lux dan tingkat penerangan minimum antara 08.00 – 16.00
adalah 10.000 lux. Iklim tropis lembab dilandasi dengan perbedaan suhu udara
yang kecil antara siang hari dan malam hari, kelembaban udara yang tinggi pada
waktu tengah malam serta cukup rendah pada waktu tengah hari. Kecepatan angin
ratarata pada waktu siang hari dapat digambarkan sebagai memadai untuk
kenyamanan, yaitu sekitar 1.0 m/det. Pada waktu musim hujan yaitu sekitar 2.0
m/det. Pada waktu musim panas akan memberikan gambaran tersendiri mengenai
upaya pencapaian pendinginan pasif bangunan. Sekalipun terdapat kondisi yang
luar batas kenyamanan thermal manusia, sebenarnya terdapat potensi iklim
natural yang dapat mewujudkan terciptanya kenyamanan dengan strategi lain.
Kenyamanan tersebut tercapai dengan interaksi antar fungsi iklim dengan
lingkungan maupun dengan pemanfaatan teknologi.
2.
Kriteria Perencanaan
pada Iklim Tropis Lembab
Kondisi
iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat khusus dalam perancangan bangunan
dan lingkungan binaan, mengingat ada beberapa factor-factor spesifikasi yang
hanya dijumpai secara khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori
arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan, citra bangunan dan nilai-nilai
estetik bangunan yang berbentuk akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada di
wilayah lain yang berbeda kondisi iklimnya.
Menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah :
Menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah :
a.
Kenyamanan Thermal
Kenyamanan
thermal adalah suatu kondisi thermal yang dirasakan oleh manusia bukan oleh
benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh lingkungan dan
benda-benda di sekitar arsitekturnya.
Kriteria dan Prinsip Kenyamanan Thermal
Standar internasional mengenai kenyamanan thermal ( suhu)
“ISO 7730 : 1994”
”menyatakan bahwa sensasi thermal yang di alami manusia
merupakan fungsi dari 4 faktor iklim yaitu: suhu udara, radiasi, kelembaban
udara, kecepatan angin, serta faktor-faktor individu yang berkaitan dengan laju
metabolisme tubuh, serta pakaian yang di gunakan.”
Untuk mencapai kenyamanan thermal haruslah di mulai dari
Kualitas udara di sekitar kita yang harus memiliki kriteria :
·
Udara di sekitar rumah tinggal tidak mengandung
pencemaran yang berasal dari asap sisa pembakaran sampah, BBM, sampah industru,
debu dan sebagainya.
·
Udara tidak berbau, terutama bau badan dan bau dari asap
rokok yang merupakan masalah tersendiri karena mengandung berbagai cemaran
kimiawi walaupun dalam variable proporsi yang sedikit.
Prinsip dari pada kenyamanan thermal sendiri adalah, teciptanya
keseimbangan antara suhu tubuh manusia dengan suhu tubuh sekitarnya. Karen jika
suhu tubuh manusia dengan lingkungannya memiliki perbedaan suhu yang signifikan
maka akan terjadi ketidak nyamanan yang di wujudkan melalui kepanasan atau
kedinginan yang di alami oleh tubuhUsaha
untuk mendapatkan kenyamana thermal terutama adalah mengurangi perolehan panas,
memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta
mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan
dalam yang panas. Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau
material yang mempunyai tahan panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang
menembus bahan tersebut akan terhambat. Permukaan yang paling besar menerima
panas adalah atap. Sedangkan bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan
kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas
panas dari bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas
dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya
rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan memperbesar
tahan panas. Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu:
A. Memperkecil luas
permukaan yang menghadap ke timur dan barat.
B. Melindungi dinding
dengan alat peneduh.
Perolehan panas dapat
juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan panas dari permukaan, terutama
untuk permukaan atap. Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari yang
kecil sedang warna gelap adalah sebaliknya. Penyerapan panas yang besar akan
menyebabkan temperature permukaan naik. Sehingga akan jauh lebih besar dari
temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan perbedaan temperatur yang besar
antara kedua permukaan bahan, yang akan menyebabkan aliran panas yang besar.
b.
Aliran
Udara Melalui Bangunan
Ø
Sirkulasi Udara
Prinsip upaya
perancangan bangunan pada daerah beriklim tropis yang benar harus
mempertimbangkan pemanfaatan sebanyak mungkin kondisi alam, diantaranya adalah
pengupayaan pemikiran penghawaan alami untuk memenuhi kebutuhan udara dan
kelancaran sirkulasi udara pada bangunan tersebut.
Brown (1987:123)
menyebutkan bahwa prinsip terjadinya aliran udara adalah, mengalirnya udara
dari daerah bertekanan tinggi kearah daerah yang bertekanan rendah. Perbedaan
tekanan udara terjadi karena adanya perbedaan temperatur pada masing-masing
daerah tersebut, dimana secara horizontal akan menimbulkan perbedaan tekanan
dan secara vertikal akan menimbulkan perbedaan berat jenis.
Dalam upaya pemanfaatan
penghawaan alami, perlu diperhatikan bahwa pengaliran udara yang perlahan-lahan
namun kontinyu sangat mutlak diperlukan, agar udara didalam ruangan selalu
diganti dengan udara yang bersih, sehat, segar dan terasa nyaman. Pada kegiatan
rumah tinggal, pergantian udara bisa dikatakan baik apabila udara didalam
ruangan dapat selalu berganti sebanyak 15 m3/orang/jam, semakin kecil ukuran
ruang, maka frekuensi pergantian udara harus semakin sering.
Keterlambatan atau
kekurangan volume pergantian udara didalam ruang akan meningkatkan derajat
kelembaban ruang, yang akan menimbulkan perasaan tidak nyaman, disamping itu
udara kotor sisa gas buang yang tidak secepatnya tersalur keluar akan sangat
merugikan kesehatan pemakai ruang. Sebagai pedoman, suatu ruang akan terasa
nyaman untuk tubuh apabila kelembaban didalam ruang tersebut berkisar antara 40
– 60%. Pada ruang-ruang yang jarang terkena pengaruh panas sinar matahari, maka
pengendalian kelembaban sangat ditentukan oleh kelancaran sirkulasi udara yang
mengalir didalam ruang tersebut.
Kelembaban tinggi,
disamping disebabkan oleh kurang lancarnya sirkulasi udara didalam ruang dan
kurangnya pengaruh sinar matahari, juga disebabkan oleh faktor-faktor:
·
Air hujan:
Akibat
merembesnya air hujan dari luar dinding kedalam dinding bangunan, Akibat
merembesnya air hujan yang disebabkan oleh sistem talang air hujan yang tidak
benar, misalnya talang datar yang teletak diatas dinding memanjang, Penyusupan
air hujan melalui sela daun pintu, jendela dan lain-lain yang tidak rapat
sempurna dan masih terkena tampias air hujan.
· Kondisi air tanah
Akibat merembesnya air
dari tanah melalui pondasi dan dinding ke lantai secara kapilerisasi. Dengan
demikian pemecahan teknis akibat adanya kelembaban tinggi secara rinci juga
tergantung dari penyebab utama timbulnya hal tersebut.
Ø Sirkulasi Udara Dengan Sistem
Ventilasi Horisontal
Perancangan tata ruang yang benar
harus dengan memperhatikan kelancaran sirkulasi atau pengaliran udara yang
dapat melalui seluruh ruang-ruang yang dirancang. Kelancaran aliran/ sirkulasi
udara pada suatu susunan ruang bisa diperoleh dengan:
·
Membuat lubang-lubang ventilasi pada bidang-bidang yang
saling berseberangan (cross ventilation),
·
Memanfaatkan
perbedaan suhu pada masing-masing ruang, karena udara akan mengalir dari daerah
dengan suhu rendah (yang mempunyai tekanan tinggi) kedaerah dengan suhu tinggi
(yang mempunyai tekanan rendah).
Dengan memperhatikan dua
hal diatas, dalam perancangan tata ruang, perlu dipikirkan:
· Spesifikasi arah
angin dominan pada suatu lokasi dimana bangunan akan didirikan, dan
·
Dengan memperhitungkan perancangan tata ruang yang dapat
menghasilkan ruang dengan kondisi suhu ruang yang bervariasi, untuk mengarahkan
dan memperlancar sirkulasi udara ruang, yaitu dengan upaya pengolahan
pelubangan-pelubangan yang berbeda-beda.
Pada kasus-kasus tertentu dapat terjadi, angin yang datang masuk ke ruangan
ternyata terlalu kencang, sehingga justru menimbulkan perasaan yang tidak
nyaman. Untuk mengatasi hal ini perlu dipikirkan dan diupayakan adanya
semacam louvre atau kisi-kisi yang dipasang pada lubang
tersebut. Kisi-kisi tersebut berfungsi sebagai sarana untuk membelokkan dan
memperlambat kecepatan angin yang masuk ruangan, sehingga ruangan bisa terasa
nyaman. Brown (1987:87) menyatakan bahwa dengan dipasangnya louvre atau
kisi-kisi tersebut, dapat mengurangi kecepatan angin dari 9 - 40 km/jam menjadi
5 – 7,5 km/jam.
Ø
Sirkulasi
Udara Dengan Sistem Ventilasi Vertikal
Mangunwijaya (1980:153)
menyebutkan bahwa prinsip perancangan ventilasi vertikal adalah berdasarkan
suatu teori bahwa udara kotor dan kering akan selalu mengalir keatas secara
alamiah, sedangkan udara segar dengan berat
jenis yang lebih besar
akan selalu mengalir kebawah atau selalu mendekati lantai.
Prinsip diatas harus
diperhatikan dalam upaya perancangan tata ruang, sehingga pembuangan udara
kotor keluar ruangan dan suplai udara segar ke dalam ruangan dapat terpenuhi.
Penerapan
prinsip-prinsip tersebut pada perancangan fisik ruang mencakup:
Pelubangan dan atau kisi-kisi
pada langit-langit, yang memungkinkan udara kotor dan kering bisa menerobos
keluar ruangan secara vertikal, adanya pori-pori pada atap, aplikasinya pada
susunan genting yang masih mempunyai sela-sela.
Penerapan “skylight”,yaitu
upaya memanfaatkan sinar matahari dengan sistem pencahayaan dari atap, yang
dikombinasikan dengan lubang-lubang ventilasi vertikal pada daerah tersebut,
dengan demikian panas akibat adanya radiasi sinar matahari dari skylightbisa
berfungsi sebagai penyedot udara, hal ini disebabkan didaerah tersebut terjadi
tekanan udara rendah akibat timbulnya kenaikan suhu udara, Mangunwijaya juga
menyebutkan bahwa, perencanaan penghawaan alami pada perencanaan bangunan akan
lebih efektif apabila merupakan penggabungan antara sistem ventilasi horisontal
dengan sistem ventilasi vertikal, karena kedua sistem tersebut akan saling
menunjang. Berdasarkan penelitian, upaya tersebut ternyata bisa menaikkan
tingkat keberhasilan 10% dibandingkan apabila sistem tersebut diterapkan secara
terpisah. Kegunaan dari aliran udara atau
ventilasi adalah :
·
Untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk pernafasan, membawa asap dan uap air
keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta menghilangkan
bau.
·
Untuk memenuhi kebutuhan
kenyamanan thermal, mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam
bangunan.
Aliran udara terjadi
karena adanya gaya thermal yaitu terdapat perbedaan temperatur antara udara di
dalam dan diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua
gaya ini dapat dimanfaatkan sebaikbaiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara
yang dikehendaki. Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada
umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan thermal.
Untuk yang pertama sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu
terbuka. Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang
bukaannya dapat diatur.
c.
Penerangan
Alami pada Siang Hari
Di Indonesia seharusnya
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya cahaya ini untuk penerangan siang hari di
dalam bangunan. Tetapi untuk maksud ini, cahaya matahari langsung tidak
dikehendaki masuk ke dalam bangunan karena akan menimbulkan pemanasan dan
penyilauan, kecuali sinar matahari pada pagi hari. Cahaya langit yang sampai
pada bidang kerja dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen:
·
Komponen langit.
·
Komponen refleksi luar
·
Komponen refleksi dalam
Dari ketiga komponen
tersebut komponen langit memberikan bagian terbesar pada tingkat penerangan
yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya tingkat penerangan pada bidang kerja tersebut adalah :
·
Luas dan posisi lubang cahaya.
·
Lebar teritis
·
Penghalang yang ada dimuka lubang
cahaya
·
Faktor refleksi cahaya dari
permukaan dalam dari ruangan.
·
Permukaan di luar bangunan di
sekitar lubang cahaya.
d.
Pemanfaatan Sinar Matahari
Secara
umum sinar matahari yang masuk kedalam ruangan bisa dibedakan dalam beberapa
jenis:
·
Sinar
Matahari Langsung, yang masuk kedalam ruang tanpa terhalang oleh apapun,
·
Sinar
matahari yang berasal dari pantulan awan,
·
Untuk nomor 1 dan 2 biasa disebut sinar langit.
·
Sinar matahari refleksi luar, yaitu sinar matahari hasil
pantulan (refleksi) cahaya dari benda-benda yang berada diluar bangunan, dan
masuk kedalam ruangan melalui lubang-lubang cahaya. Termasuk disini adalah
sinar matahari yang terpantul dari tanah, perkerasan halaman, rumput, pohon
yang selanjutnya terpantul kebidang kerja didalam ruangan (bidang kerja adalah
suatu bidang khayal atau anggapan, setinggi 75 cm dari lantai, yang
dipergunakan sebagai titik tolak perhitungan penyinaran).
·
Sinar
matahari refleksi dalam, yaitu sinar matahari pantulan cahaya dari benda-benda
atau elemen-elemen didalam ruang itu sendiri.
Sinar
matahari yang bermanfaat karena terangnya, juga akan mendatangkan panas, atau
setidak-tidaknya akan menaikkan suhu ruang, dengan demikian perlu diperhatikan
kenyataan:
·
Bahwa
gangguan sinar matahari datang dari silau sinarnya, dan kemudian sengatan panasnya,
·
Sinar matahari disamping memberi terang juga memberi panas.
Dari kedua kenyataan
diatas, perlu diambil langkah-langkah dalam upaya perancangan tata ruang
sebagai berikut:
·
Dalam
memanfaatkan sinar matahari, seoptimal mungkin kita memanfaatkan sinarnya,
namun sekaligus mengupayakan langkah-langkah untuk bisa mengurangi panas yang
timbul,
·
Dalam
memanfaatkan potensi sinar matahari, kita tidak mengupayakan cahaya langsung,
tapi cukup cahaya pantulan atau cahaya bias.
·
Untuk
mendapatkan cahaya pantul/bias, lubang cahaya harus diletakkan didaerah bayang-bayang.
·
Pemanfaatan
cahaya langsung didalam ruang biasanya hanya dipergunakan pada suatu kasus atau
keadaan khusus, yang memerlukan suatu effek arsitektural khusus, kesan
aksentuasi, atau untuk suatu fungsi-fungsi tertentu saja.
Menurut Dirjend Cipta
Karya, (1987:12), disebutkan bahwa standard minimal lubang cahaya untuk
ruang-ruang kegiatan sehari-hari adalah 1/8-1/10 dari luas lantai. Dalam
ungkapan fisik, biasanya disain lubang cahaya merupakan pemikiran yang tidak
terpisahkan dari disain lubang ventilasi, dengan demikian rincian bentuk maupun
perletakannya perlu dijabarkan lagi dengan lebih detail dengan mempertimbangkan
kedua aspek tersebut.
e.
Derajat /
tingkat Penyinaran.
Dalam kegiatan
perancangan bangunan, upaya pemikiran pemanfaatan sinar matahari perlu
memperhitungkan 3 faktor yang akan mempengaruhi derajat/tingkat penyinaran
suatu ruang, yaitu:
·
Ketinggian
lubang cahaya
·
Yang
dimaksud ketinggian lubang cahaya adalah jarak vertikal yang diperhitungkan
dari bidang kerja kearah ambang atas maupun ambang bawah lubang cahaya.
·
Lebar Lubang
Cahaya
·
Lebar lubang
cahaya merupakan dimensi horizontal dari lubang cahaya tersebut.
·
Kedalaman
ruang
·
Kedalaman
ruang adalah jarak batas ruang terluar dengan batas datang sinar (misalkan:
panjang oversteck dimuka ruang).
Berkaitan dengan ketiga
faktor tersebut, menurut Soetiadji, (1986;23), ternyata terdapat kaitan antara
ketinggian lubang cahaya dengan tingkat/derajat penyinaran pada ruangan
berdasarkan tabel dibawah ini:
|
DERAJAT/TINGKAT PENYINARAN
|
|||
JENDELA SATU SISI
|
JENDELA DUA SISI
|
|||
Dikurangi 15 %
Dikurangi 30 %
Dikurangi 40 %
|
Turun 19 %
Turun 38 %
Turun 63 %
|
Turun 9,5 %
Turun 25 %
Turun 44 %
|
Menurut Soetiadji, lebar
lubang cahaya juga memberi pengaruh pada derajat/tingkat penyinaran sesuai
tabel dibawah ini:
LEBAR LUBANG CAHAYA
|
DERAJAT/TINGKAT PENYINARAN
|
Dikurangi
22 %
Dikurangi 50 %
|
Turun 7 %
Turun 25 %
|
Dari tabel diatas, dapat
dinyatakan bahwa ketinggian lubang cahaya ternyata lebih berperan dalam menentukan
derajat/tingkat penyinaran ruang dibandingkan dengan kelebaran (dimensi
horisontal) lubang cahaya.
Ungkapan diatas bisa
dijabarkan lebih jelas sebagai berikut:
·
Bahwa
walaupun lubang cahaya sudah cukup lebar, namun apabila ketinggian lubang
tersebut kurang memenuhi syarat, tidak akan menghasilkan tingkat
penyinaran ruang yang efektif.
·
Makin tinggi
lubang cahaya, akan makin efektif tingkat penyinaran yang dihasilkan pada suatu
ruang.
Sedangkan pengaruh
antara panjang/lebar oversteck dimuka lubang cahaya terhadap derajat/tingkat
penyinaran didalam ruang adalah sebagai berikut:
|
DERAJAT/TINGKAT PENYINARAN
|
|||
SISI DEKAT
|
SISI JAUH
|
|||
60,00
CM
120,00
CM
180,00
CM
.
|
Turun 14 %
Turun 24 %
Turun 39 %
|
Turun 7,5 %
Turun 15 %
Turun 22 %
|
Dari tabel tersebut bisa
dinyatakan bahwa oversteck dimuka lubang cahaya sangat
mempengaruhi derajat/tingkat penyinaran pada suatu ruang, dengan demikian perlu
perhitungan yang matang dalam perencanaan oversteck diatas/dimuka
lubang cahaya, supaya tidak merugikan kwalitas penyinaran pada ruang tersebut
f.
Radiasi
Panas Sinar Matahari.
Disamping memancarkan sinar/cahaya, matahari juga akan mengeluarkan panas.
Panas inilah yang harus ditanggulangi dalam upaya perancangan bangunan,
setidak-tidaknya dikurangi sehingga suhu ruangan bisa sesuai dengan yang
diharapkan.
Beberapa pemikiran perancangan ruang sebagai upaya untuk mengurangi efek
panas yang disebabkan oleh radiasi panas sinar matahari adalah berdasarkan
suatu prinsip memasang lubang cahaya didaerah bayang-bayang/bias cahaya
matahari.
Aplikasinya dalam ungkapan fisik sebagai berikut:
·
Memasang tabir sinar matahari pada bagian luar
ruang/lubang cahaya. Cara ini
bisa mereduksi radiasi panas sebesar 90 – 95 %
·
Memasang
tabir sinar matahari dibagian dalam ruang/lubang cahaya. Cara ini dapat
mereduksi radiasi panas sinar matahari sebesar 60 – 70 %
Tabir sinar matahari bisa berupa tabir
horisontal (horizontal blind), atau tabir sinar matahari
vertikal (vertical blind), yang pemasangannya bisa dengan cara
pemasangan dengan bentuk permanen, atau yang bersifat adjustable/moveable,
yang bisa diatur sesuai kebutuhan.
Pada penerapannya dalam ungkapan fisik, fungsi
tabir sinar matahari bisa berfungsi ganda, yaitu disamping sebagai sarana untuk
mereduksi radiasi panas sinar matahari, juga sebagai sarana pengatur
derajat/tingkat penyinaran ruang, dengan demikian sebaiknya tabir sinar
matahari tersebut diberi warna yang terang/cerah untuk dapat memberi effek bias
yang maksimal.
BENTUK ARSITEKTUR
TROPIS
Bentuk arsitektur
tropis, tidak mengacu pada bentuk yang berdasarkan estetika, namun pada bentuk
yang berdasarkan adaptasi/ penanganan iklim tropis. Meskipun demikian bentukan
bangunan oleh arsitek/desainer yang baik akan memberikan kualitas arsitektur
yang estetis, hal ini karena selain memperhatikan bagaimana menangani iklim
tropis, juga memperhatikan bagaimana kesan estetika eksterior dan interior dari
bangunan tersebut.
Bentuk secara makro
sangat memperhatikan faktor panas dan hujan, dimana untuk menangani hal
tersebut maka arsitektur tropis yang baik akan memperhatikan bagaimana bangunan
tidak panas dan ketika hujan tidak tampias, selain itu terdapat kualitas
kenyamanan berkaitan dengan suasana panas dan dingin yang ditimbulkan oleh
hujan, biasanya dibuat teras untuk memberikan perlindungan serta menikmati
iklim tropis yang bersahabat.
Bentuk secara mikro pada
masing-masing elemen bangunan seperti jendela dengan bentuk lebar, berjalusi,
berkanopi, atau semacam itu. Bentuk bangunan tropis dari kayu biasanya
merupakan bangunan panggung dengan lantai yang diangkat dengan harapan
terhindar dari banjir akibat hujan, memang merupakan kualitas rancangan yang
sudah berhasil sejak dulu.
CONTOH ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA
Gedung Intiland atau yang lebih dikenal dengan nama Wisma
Dharmala Sakti merupakan gedung tinggi yang sangat cocok untuk daerah tropis.
Gedung Karya Paul Rudolph yang dibangun 1984 – 1985 ini didesain gedung yang
sangat unik, permainan fasade yang sangat menarik dan artistik gedung ini
memmilki banyak kelebihan dlam kaitannya dengan iklim tropis.
Dengan pemanfaatan
bidang-bidang miring pada fasade yang berfungsi sebagai canopi dan sunlouver
(perisai matahari) membuat udara di dalam ruangan tidak panas serta adanya void
di tengah-tengah gedung membuat sirkulasi udara berjalan dengan baik. Dengan
adanya tanaman rambat yang hijau membuat atmosfer udara yang sejuk di sekitar
bangunan.
Komentar
Posting Komentar