Langsung ke konten utama

DATING VIOLENCE (Manusia dan Penderitaan)

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta yang artinya menahan atau menganggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan merupakan realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan berbeda-beda, ada yang berat dan ada yang ringan tergantung pada individu yang merasakan penderitaan tersebut. Karena yang merupakan penderitaan berat bagi seseorang belum berarti merupakan penderitaan yang sama beratnya apabila dirasakan oleh orang lain dan begitu juga sebaliknya.

http://www.kulkulbali.co/inc/thmb.php?src=pics/360/014715_661241_ilustrasi_kekerasan_dalam_pacaran.jpg&zc=3&w=660


Saya mengambil contoh dari film pendek yang saya tonton. Film ini mengisahkan tentang seorang wanita yang bernama Melati. Melati ini adalah seorang mahasiswi disebuah perguruan tinggi. Keseharian melati yaitu pergi kuliah dan setelah kuliah ia mengikuti part-time job. Melati memilik seorang kekasih yang bernama Jaka. Awal mula mereka berkenalan hingga awal-awal hubungan mereka sangat terlihat baik dan harmonis. Jaka sangat baik, sering mengantar-jemput Melati.

Namun, setelah beberapa lama mereka menjalani hubungan, sifat Jaka mulai berubah. Jaka yang semula baik kepada Melati mulai melakukan tindakan-tindakan kasar kepada Melati. Setiap kali Melati melakukan kesahalan sekecil apapun Jaka akan memukulinya. Sifat Jaka yang posesif dan egois juga mulai mengganggu hari-hari Melati. Melati tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada siapapun. Melati tidak ingin orang-orang memandang buruk kepada Jaka karena rasa sayang melati kepada Jaka.

Hampir setiap hari Jaka melakukan kekerasan terhadap Melati. Entah secara fisik maupun secara psikis. Penderitaan Melati semakin menjadi ketika Jaka mulai melakukan kekerasan ekonomi terhadapnya. Jaka secara tidak langsung memeras Melati. Melati yang lemah hanya bisa menuruti kemauannya saja karena apabila ia menolak, Jaka akan langsung memukulinya.

Semakin lama kekerasan yang dilakukan Jaka semakin tidak wajar. Melati pun akhirnya sadar bahwa ini tidak baik untuk dirinya. Ia bercerita dan meminta saran kepada teman dekatnya. Setelah diberi nasehat, akhirnya Melati pun memutuskan untuk meninggalkan Jaka. Keputusan Melati ini sangat tepat, karena sebesar apapun rasa sayang yang ia miliki kepada Jaka akan hanya memperburuk keadaannya.

Saya memetik kisah ini sebagai contoh manusia penderitaan, bagaimana Melati bertahun-tahun harus menahan rasa yang tidak menyenangkan dari seseorang yang ia cinta. Penderitaan yang dialami oleh Melati adalah penderitaan lahir dan batin. Secara fisik ia menderita karena selalu dipukuli oleh Jaka dan secara batin juga ia menderita karena harus menahan rasa sakit karena mencintai seseorang.

Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dari dirinya bisa berupa sikap positif atau negatif. Sifat negatif yang muncul seperti rasa penyesalan, kecewa, putus asa atau ingin mengakhiri hidup. Akibatnya orang yang mengalami sikap negatif ini akan merasa tidak punya gairah hidup. Sedangkan sikap positif yaitu sikap optimis, sikap yang yang meyakinkan diri sendiri bahwa hidup adalah berjuang untuk membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan itu hanya bagian dari kehidupan bukan untuk selamanya. Maka, ketika merasa sedang mengalami penderitaan coba untuk lebih memahami bahwa hidup ini banyak yang harus dilewati dan penderitaan adalah hanya sebagiannya dan penderitaan harus dapat dilewati bukan diam didalamnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

RUMAH TRADISIONAL KUDUS / JOGLO KUDUS

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/b/bb/Rumah_adat_tradisional_Kudus.JPG Rumah adat Kudus atau Joglo Pencu disebut juga Joglo Kudus adalah Rumah tradisional asal Kudus salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Kudus . Rumah Adat Kudus memiliki atap genteng yang disebut “Atap Pencu” , dengan bangunan yang didominasi seni ukir yang sederhana khas kabupaten Kudus yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Jawa (Hindu), Persia (Islam), Cina (Tionghoa) dan Eropa (Belanda). Rumah ini diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 1500-an Masehi dengan 95% kayu Jati asli. Joglo Kudus mirip dengan Joglo Jepara tetapi perbedaan yang paling kelihatan adalah bagian pintunya, Joglo Kudus hanya memiliki 1 pintu sedangkan Joglo Jepara memiliki 3 pintu. TATA RUANG JOGLO KUDUS / JOGLO PENCU Rumah adat Kudus Joglo Pencu memiliki 3 bagian ruangan yang disebut Jogo Satru, Gedongan, dan Pawon. •     Jogo Satru

KONSERVASI ARSITEKTUR GEDUNG SATE DI BANDUNG

SEJARAH GEDUNG SATE Sebuah bangunan tua peninggalan masa kolonial Belanda yang terletak di jalan Diponegoro Bandung kerap menarik perhatian orang – orang yang lewat karena memiliki keunikan tersendiri. Gedung yang memiliki ciri khas berupa ornamen yang berbentuk seperti tusuk sate yang terdapat pada menara sentralnya ini sudah sejak zaman dulu menjadi salah satu ikon bersejarah dan bangunan khas kota Bandung, yang dikenal secara nasional. Dinamakan Gedung Sate, gedung ini sekarang berfungsi sebagai gedung tempat pemerintahan Pusat Jawa Barat dan seringkali menjadi tempat berbagai festival seni serta kegiatan lainnya. Kalangan pemerhati arsitektur kerap menjadikan gedung ini sebagai bahan kajian mengenai arsitektur unik, yang bentuknya mendapatkan pengaruh dari arsitektur Eropa. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Bandung menyempatkan diri untuk mengunjungi Gedung Sate, sehingga gedung ini juga kerap dianggap sebagai salah satu tujuan wisata utama di Bandung terutama bag

KRITIK ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN Masjid adalah rumah tempat ibadah umat Islam atau Muslim. Masjid artinya tempat sujud, dan sebutan lain bagi masjid di Indonesia adalah musholla, langgar atau surau. Istilah tersebut diperuntukkan bagi masjid yang tidak digunakan untuk Sholat Jum'at, dan umumnya berukuran kecil. Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran. Masjid Al-Irsyad merupakan sebuah masjid yang terletak di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 2009 dan selesai pada tahun 2010. Bentuk masjid sekilas hanya seperti kubus besar laiknya bentuk bangunan Kubah di Arab Saudi. Dengan konsep ini, dari luar terlihat garis-garis hitam di sekujur dindin